REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara menuntut pencabutan sanksi
PBB yang diberlakukan untuk uji nuklir dan peluru kendalinya. Korut juga
menagih janji Amerika Serikat untuk tidak terlibat dalam perang nuklir
dengan Korea Selatan.
"Jika Amerika Serikat dan boneka Korea
Selatan punya sedikit keinginan untuk menghindari hamtaman palu godam
tentara dan rakyat kita ... dan benar-benar berharap dialog dan
berunding, mereka harus membuat keputusan tegas," kata Komisi Pertahanan
Nasional (KPN) Korut dalam satu pernyataan, seperti dinukil dari
Reuters.
KPN
Korut menegaskan, pertama-tama sanksi-sanksi resolusi Dewan Keamanan
PBB yang dibuat dengan alasan yang tidak adil harus ditarik.
Sebelumnya,
Komando tertinggi militer Korut mengeluarkan ultimatum kepada Korsel
untuk meminta maaf secara langsung kepada semua tindakan bermusuhan.
"Komando tertinggi Tentara Rakyat Korea mengeluarkan ultimatum kepada
kelompok boneka Korea Selatan," kata pernyataan itu.
Ultimatum
itu dikeluarkan bertepatan dengan 'Hari Matahari' menandai ulang tahun
pendiri Korut,Kim Il-Sung. Korut mengatakan, Pyongyang akan membalas
tanpa peringatan jika Korsel terus melakukan kegiatan-kegiatan
anti-Korut.
"Tindakan balasan kami akan dimulai tanpa pemberitahuan sejak sekarang," kata pernyataan itu.
Ketegangan
Korut dan Korsel meningkat tajam di Semenanjung Korea pada Desember,
pasca-Korut menguji tembak peluru kendali jarak jauhnya Taepodong 2, dan
sekali lagi pada Februari ketika melakukan uji nuklir yang ketiga.